MAKALAH
Peradapan
Islam Rasulullah Periode Mekkah
Diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Sejarah
Peradapan Islam”
Dosen
Pengampu :
Ade
Idham Prayogi, M.Pd.I
Disusun
oleh
1. M
Bujang Tafakur (17401163143)
PERBANKAN SYARIAH (1-D)
FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2016
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum
Wr.Wb
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kami panjatkan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad
SAW.
Makalah
ini sudah kami susun dengan maksimal dengan bantuan berbagai pihak. Atas
dukungan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada Ade Idham Prayogi, M.Pd.I ,selaku dosen mata kuliah
sejarah peradapan islam dan teman-teman PS I-D .
Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Harapan
yang paling besar ialah, mudah-mudahan makalah yang kami susun ini dapat
bermanfaat, baik untuk pribadi maupun para pembaca khususnya.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb
Tulungagung,
30 agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................
A.
LATAR BELAKANG MASALAH.................................................................. 4
B.
RUMUSAN MASALAH................................................................................. 4
C.
TUJUAN PEMBAHASAN.............................................................................. 4
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Peradapan Arab sebelum islam....................................................................... 5
B.
Dakwah Makkah Nabi Muhammad................................................................ 7
C.
Pembentukan Sistem Ekonomi di Makkah...................................................... 12
BAB
III PENUTUP
A.
KESIMPULAN............................................................................................... 15
B.
SARAN........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Kondisi bangsa arab sebelum
kedatangan islam, terutama di sekitar Mekah masih diwarnai dengan penyembahan
berhala. Pada masa itu disebut zaman jahiliyah, masa kegelapan dan kebodohan
dalam hal agama, bukan dalam hal lain seperti ekonomi dan sastra karena dalam
dua hal yang terakhir ini bangsa arab mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Dakwah Nabi Muhammad pada awalnya
dilakukan secara sembunyi-sembunyi, sampai pada akhirnya beliau mendapat firman
dari Allah SWT untuk melakukan dakwah secara terang-terangan. Banyak rintangan
yang mengkalangi dakwah Nabi Muhammad dalam menyampaikan ajaran agama islam.
Terutama kaum kafir Quraisy yang selalu menghalangi dakwah Nabi Muhammad.
Dalam pembentukan sistem sosial
ekonomi di mekah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Masyarakat pedalaman
hidup disektor pertanian sedangkan masyarakat perkotaan kehidupannya ditentukan
oleh keahlian dalam perdagangan. Mekah tidak hanya menjadi pusat perdangan
tetapi juga menjadi jalur perdagangan dunia.
B. Rumusan
masalah
1. Bagaimana
peradaban Arab sebelum Islam ?
2. Bagaimana
dakwak Makkah Nabi Muhammad ?
3. Bagaimana
pembentukan sistem sosial ekonomi di Makkah ?
C. Tujuan
pembahasan
1. Mengetahui
bagaimana peradaba Arab sebelum Islam
2. Mengetahui
tentang dakwah Makkah Nabi Muhammad
3. Mengetahui
penjelasan pembentukan sistem sosial ekonomi di Makka
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peradapan
Islam Rasulullah Periode Mekkah
1.
Peradapan
Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab merupakan penduduk asli jazirah arab. Arab
berada di semenanjung bagian barat daya
Asia. Sebagian besar permukaanya terdiri dari padang pasir yang beriklim panas.
Kondisi sosial ekonomi di Arab ditentukan oleh kondisi dan letak geografis.
Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota
di negeri Arab, baik karena tradisinya maupun letaknya.
Biasanya dalam pembicaraan wilayah geografis yang
didiami bangsa Arab sebelum islam, orang membatasi pembicaraan hanya pada
jazirah Arab, padahal bangsa Arab juga mendiami daerah-daerah di sekitar
jazirah. Jazirah Arab merupakan kediaman mayoritas bangsa Arab kala itu.
Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian besar yaitu bagian tengah dan bagian
pesisir. Disana tidak ada sungai yang mengalir tetap yang ada hanya
lembah-lembah berair di musim hujan.
Kondisi agama bangsa arab sebelum kedatangan islam,
terutama di sekitar Mekah masih diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai
tuhan yang dikenal dengan istilah paganisme.[1] Mereka tenggelam dalam
penyembahan berhala dan sangat mencintainya.sehingga di bagian dalam dan
halaman ka’bah terdapat 360 patung. Berhala yang paling besar menurut mereka
adalah Hubal. Selain menyembah berhala, dikalangan bangsa arab ada pula yang
menyembah agama Masehi (nasrani). Agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman,
Najran, dan Syam. Disamping itu juga agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk
Yahudi imigran di Yaman dan Madinah, serta agama Majusi yaitu agama orang-orang
Persia.
Pada masa itu disebut zaman jahiliyah, masa kegelapan
dan kebodohan dalam hal agama, bukan dalam hal lain seperti ekonomi dan sastra
karena dalam dua hal yang terakhir ini bangsa arab mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Masyarakat pedalaman hidup
disektor pertanian sedangkan masyarakat perkotaan kehidupannya ditentukan oleh
keahlian dalam perdagangan. Mekah tidak hanya menjadi pusat perdagangan lokal,
tetapi juga sebagai jalur perdagangan dunia yang sangat penting saat itu, yang
menghubungkan antara utara, Syam, dan selatan, Yaman, antara timur, Persia, dan
barat Abesinia dan Mesir.
Dalam bidang sastra, pada masa itu sastra juga
memiliki arti penting dalam kehidupan bangsa arab, mereka mengabdikan
peristiwa-peristiwa dalam syair yang diperlombakan setiap tahun di pasar seni
Ukaz, Majinnah, dan Majaz. Bagi yang memiliki syair bagus, maka diberikan
hadiah dan mendapat kehormatan bagi suku atau kabilahnya serta syairnya
digantungkan di Ka’bah yang dinamakan Al-Mu’allaq
As-Sab’ah. Bangsa Arab juga dikenal suka berperang. Peperangan antarsuka
tidak pernah berhenti, saling berebut kekuasaan dan pengaruh merupakan
kepahlawanan yang dibangakan.
Namun dibalik semua itu, bangsa arab sejak dahulu
memiliki sifat ksatria, setia kepada kawan, dan menepati janji. Bangsa arab
suka menghormati tamu dan memberi suka kepada siapapun yang minta perlindungan
ke rumah mereka. Mereka juga memberi makan dan minum kepada kafilah padang
pasir dan menghargai kepahlawanan, sebagai contoh bahwa bangsa arab quraisy
suka membela orang-orang yang tidak berdaya dari golongan mereka sendiri serta
selalu bermusyawarah dalam persoalan keluarga. Tebukti sudah sejak lama
orang-orang arab quraisy memiliki lembaga permusyawaratan yang bernama Darun
dakwah.[2]
Dilingkungan inilah nabi muhammad dilahirkan,
disinilah beliau memulai untuk menegakkan tonggak ajaran agama islam, ditengah-
tengah lingkungan yang bobrok dan penuh kemaksiatan. Meskipun diwarnai dengan
berbagai rintingan yang terus mendera. Namun beliau tetap teguh dalam
menyebarkan agama baru ,yakni agama islam kepada masyarakat arab ketika itu.
Nabi Muhammad lahr pada tanggal 12 Rabiul awwal atau 20 april 571 M. Ketika itu raja
Yaman Abrahah dengan gajahnya menyerbu Mekah untuk menghancurka ka’bah sehingga
tahun itu dinamakan Tahun Gajah. Beliau telah menjadi yatim piatu ketika
berumur delapan tahun, dan beliau diasuh oleh kakek dan pamannya, Abdul
Muthalib dan Abu thalib. Pada umur 12 tahun Nabi Muhammad sudah mengenal
perdagangan, sebab pada saat itu beliau telah diajak berdagang oleh paman
beliau, abu Thalib ke negeri Syam. Dari pengalamannya berdagang , maka setelah
beranjak dewasa , beliau ingin berusaha berdagang dengan membawa barang
dagangan khadijah , seorang saudagar wanita yang pada akhirnya menjadi istri
beliau.[3]
2.
Dakwah
Mekkah Nabi Muhammad
Sasaran
dakwah Nabi Muhammad saw yang pertama adalah keluarganya, kemudian dilanjutkan
kepada sanak kelurga dan sahabat-sahabatnya yang terdekat, serta kepada
masyarakat umum secara terang-terangan di tempat terbuka. Pada waktu islam disiarkan dengan
sembunyi-sembunyi, turunlah wahyu yang memerintahkan Nabi Muhammad saw.
Mengajak keluarganya masuk islam. Firman Allah swt. Sebagai berikut[4]
الأقْرَبِينَ عَشِيرَتَكَ وَأَنْذِرْ
Artinya
: Dan berilah peringatan keluargamu yang paling dekat. (QS. Asy-Syura:214).
Setelah ayat diatas turun, Nabi Muhammad
saw. Mengajak keluarganya yang terdekat untuk beriman kepada allah stw,
meninggalkan penyembahan terhadap berhala dan adat jahiliyah, serta mengakui
kerasulan nabi Muhammad saw dan ajaran yang dibawanya, meskipun demikian, ada
keluarganya yang memberi tanggapan berbeda-beda, tanggapan itu datang dari Abu
Thalib dan Abu Lahab.
Abu Thalib berkata ,”hai anak
saudaraku, sesungguhnya aku tidak sanggup berpisah dengan agama pada orang tua
kami yang dahulu dan apa yang dilakukan oleh mereka.”
Abu
Lahab megatakan ,”celakalah kamu Muhammad, apakah hanya untuk ini kami
dikumpulkan semua?” bersamaan dengan jawaban itu dia membawa batu untuk
dilemparkan kepada Nabi Muhammad saw.
Selain itu Abu Lahab mengatakan bahwa yang
dibawa Muhammad adalah dusta dan menyesatkan. Saat itu juga Allah swt.
menurunkan surat Al-Lahab ayat 1-5 yang artinya “binasalah kedua tangan Abu
Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta
bendanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia masuk ke dalam api yang
bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar yang dilehernya ada
tali dari sabut.
Setelah Nabi Muhammad saw mengajak
keluarganya yang terdekat untuk memeluk islam, islam menjadi pembicaraan di
mana-mana. Di seluruh Mekah, orang-orang ingin tahu apa sebenarnya ajaran islam
yang dibawa Nabi Muhammad saw. Pemuka-pemuka kaum kafir Quraisy, seperti Abu
jahal, Abu Lahab, dan Abu Sofyan selalu mengadakan musyawarah untuk membendung
agar orang-orang Quraisy tidak meninggalkan adat nenek mereka dan masuk islam.
Mereka menyebarkan fitnah dengan menjelek-jelekkan Nabi Muhammad saw dan agama
islam.
Rasulullah saw. dalam menjalankan dakwahnya
sangat berhati-hati, dijaganya agar kelangsungan hidup islam yang baru diterima
oleh para sahabat tetap terpelihara dan selamat. Oleh karena itu, beliau
menempuh dua cara berdakwah, yaitu berdakwah dengan sembunyi-sembunyi dan
berdakwah dengan cara terang-terangan.
a. Dakwah
secara sembunyi-sembunyi
Pada
periode ini, tiga tahun pertama, dakwah islam dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam dilingkungan
keluarga mula-mula istri beliau sendiri yaitu khadijah, yang menerima dakwah
beliau. Kemudian dilanjutka kepada sahabat-sahabatnya yang terdekat yaitu Ali
Bin Abi Thalib, Abu Bakar, dan Zaid bekas budak beliau.
Disamping
itu juga banyak orang yang masuk islam dengan perantaraan Abu Bakar yang
terkenal dengan julukan Assabiqunal awalun (orang-orang yang lebih dulu masuk
islam) mereka adalah Ustman bin Affan , Zubair Bin Awwan Sa’ad bin Abi Waqqash,
Abdur Rahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah dan
Al-arqam bin Abil Arqan yang rumahnya dijadikan markas untuk berdakwah (rumah
Arqam).
b. Dakwah
secara terang-terangan
Setelah
turun ayat 94 surat Al-Hijr, Nabi Muhammad memulai berdakwah secara
terang-terangan.
الْمُشْرِكِينَ عَنِ وَأَعْرِضْ تُؤْمَرُ بِمَا عْ فَاصْدَ
Artinya : maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan
segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang
musyrik. (QS. Al-Hijr:94).[5]
Dakwah yang pertama kali
dilakukan secara terang-terangan adalah berupa pertemuan di tempat terbuka di
Bukit Safa. Dalam pertemuan itu, Nabi Muhammad menjelaskan, “tidaklah aku ini
diutus oleh Allah swt. melainkan untuk mengajak mereka menyembah Allah swt. dan
meninggalkan menyembah berhala.
Dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad
tidaklah mudah karena mendapat tantangan dari kaum kafir Quraisy. Hal tersebut
timbul karena beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.
1. Mereka tidak dapat membedakanantara kenabian dan kekuasaan.
Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan nabi Muhammad berarti tunduk kepada
kepemimpian Bani Abdul Muthalib.
2. Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan
hamba sahaya.
3. Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya ataupun mengakui
serta tidak menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan
diakhirat.
4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar
pada bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama
nenek moyang dan mengikuti agama islam.
5. Pemahat dan penjual patung memandang islam sebagai penghalang
rezeki.
Banyak cara dan upaya yang ditempuh para
pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad saw, namun selalu gagal,
baik secara diplotik dan bujuk rayu maupun tindakan-tindakan secara fisik.
Puncak dari segala itu adalah dengan diberlakukannya pemboikotan terhadap Bani
Hasyim yang merupakan tempat Nabi Muhammad berlindung. Pemboikotan ini
berlangsung selama tiga tahun, dan merupakan tindakan yang paling melemahkan
umat islam pada saat itu. Pemboikotan ini baru berhenti setelah kaum Quraisy
menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sangatlah keterlaluan.
Tekanan dari orang-orang
kafir semakin keras terhadap gerakan dakwah Nabi Muhammad saw terlebih setelah
meninggalnya dua orang yang selalu melindungi dan menyokong Nabi Muhammad dari
orang-orang kafir, yaitu paman beliau, Abu Thalib, dan istri tercinta beliau,
Khadijah. Peristiwa itu terjadi pada tahun kesepuluh kenabian.tahun ini
merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad saw sehingga dinamakan Amul Khuzn.
[6]
Karena di Mekah dakwah Nabi Muhammad saw
mendapat rintangan dan tekanan, pada akhirnya Nabi memutuskan untuk berdakwah
di luar Mekah. Namun di Thaif beliau dicaci dan dilempari batu sampai beliau
terluka. Hal ini semua hampir menyebabkan Nabi Muhammad putus asa, sehingga
untuk menguatkan hati beliau, Allah swt mengutus dan mengisra’ dan memi’rajikan
beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang isra’ dan mi’raj ini
menggemparkan masyarakat Mekah. Bagi orang kafir, peristiwa ini dijadikan bahan
propoganda untuk mendustakanNabi Muhammad saw. sedangkan bagi orang yang
beriman ini ujian keimanan.
Setelah peristiwa isra’ mi’raj suatu
perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam terjadi, yaitu dengan datangnya
sejumlah penduduk Yatsrib (Madinah) untuk berhaji ke Mekah. Mereka terdiri dari
dua suku yang saling bermusuhan, yaitu suku Aus dan Khazraj’yang masuk islam
dalam tiga gelombang. Pada gelombang pertama pada tahun kesepuluh kenabian,
mereka datang untuk memeluk agama islam dan menerapkan ajarannyasebagai upaya
untuk mendamaikan permusuhan antara kedua suku. Meraka kemudian mendakwahkan
islam di Yatsrib.
Gelombang kedua, pada tahun ke-12 kenabian
mereka datang kembali menemui nabi dan mengadakan perjanjian yang dikenal
dengan perjanjian “Aqabah pertama”, yang berisi ikrar kesetian. Rombongan ini
kemudian kembali ke Yatsrib sebagai juru dakwah disertai oleh Mus’ab bin Umar
yang diutus oleh nabi untuk berdakwah bersama mereka. Gelombang ke tiga pada
tahun ke-13 kenabian, mereka datang kembali kepada nabi untuk hijrah ke Yatsrib.
Mereka akan memba’at Nabi sebagai pemimpin. Nabi pun akhirnya menyetujui usul
mereka untuk berhijrah. Perjanjian ini disebut perjanjian “Aqabah kedua” karena
terjadi pada tempat yang sama.
Akhirnya
Nabi Muhammad bersama kurang dari 150 kaum muslimin hijrah ke Yatsrib. Dan
ketika sampai disana, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama Yatsrib diubah
menjadi Madinah.
Demikian periode Mekah terjadi.
Dalam periode ini Nabi Muhammad mengalami hambatan dan kesulitan dalam dakwah
islamiyah. Dalam periode ini Nabi Muhammad belum berfikir untuk menyusun suatu
masyarakatislam yang teratur, karena perhatian nabi Muhammad saw lebih terfokus
pada penanaman teologi atau keimanan masyarakat.[7]
3.
Pembentukan
Sistem Sosial Ekonomi di Mekah
Penduduk
bangsa Arab terbagi menjadi dua yaitu penduduk nomad dan penduduk kota. Bangsa
badui tinggal di tenda-tenda dan perkemahan mereka ada di gurun-gurun. Struktur
dasar masyarakat badui adalah organisasi suku. Bangsa Badui membentuk kumpulan
suku yang disebut dengan qabilah. Semua anggota suku mengaggap diri mereka
menjadi satu anggota keluarga dan memilih pimpinan mereka datang, disebut syaikh.
Mereka memakai satu istilah khusus, yang dinamakan Bani sebutan
yang dipakai sebagai nama depan mereka.
Nama asal beberapa suku ini adalah
feminin, dan dari fakta ini beberapa sarjana menyimpulkan bahwa sistem
matrilinial masih ada di arab sebelum datangnya islam. Namun pendapat ini
kurang tepat. Yang benar adalah nama-nama itu menunjukkan adanya jejak-jejak
sistem matrilinial dimasa lampau. Maxim Rodinson tidak sependapat dengan
pendapat Montgomery Watt yang mengatakan bahwa adanya nama-nama itu menunjukkan
bahwa masyarakat arab, yang dulunya matrilnal, pada masa Nabi berubah menjadi
sistem patrilinial sehingga berada dalam tahab transisi yang berhubungan dengan
perkembangan umum ke arah individualisme.[8]
Kaum nomad ini selalu berpindah dan tidak
menetap di satu tempat. Mereka berpindah dari tempat satu ketempat lain guna
mencari air dan rumput untuk binatang mereka, juga untuk melakukan penyerbuan
ke suku lain. Oleh karena itu, mereka tidak mengenal konsep kepemilikan tanah.
Tanah-tanah yang bisa ditanami dimiliki secara bersama-sama.
Di Makkah, hampir tidak ada yang dinamakan
kepemilikan tanah, meskipun rumah yang dimiliki oleh para keluarga penduduk
makkah. Meskipun terdapat beberapa perjanjian antara mereka, namun tidak ada
hukum baku tentang kepelikan kekayaan. Beberapa kaum yang terpandang di Makkah
memang mempunyai bangunan di sekitar oasis Thaif. Namun bangunan ini lebih
berfungsi sebagai tempat singgah dimusim panas karena iklimnya lebih baik.
Untuk struktur keluarga suku Mekkah
mengalami perpecahan dan proses individualisasi mulai berlangsung. Masyarakat
suku mulai memudar suku-suku pecah, atau dalam kelompok keluarga yang lebih
kecil, karena berkembangnya hubungan baru yang didasarkan pada harta atau
kekayaan, meskipun kesetiaan berdasarkan suku atau kelompok diperlukan untuk
menjaga ketertiban dan melaksanakan hukum suku.
Dengan demikian, proses antagonistik tidak
berlangsung dalam masyarakat, di satu sisi kesetiaan dan kesukuan sangat
diperlukan karena tidak ada hukum lain yang mengatur kehidupan, namun di sisi
lain terjadi perpecahan struktur kesukuan. Pembacaan yang cermat terhadap
sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa masyarakat Mekkah, pada abad ke-6 S. M.
Masyarakat Mekkah pada masa Nabi mulai tinggal dalam unit keluarga yang lebih
kecil. Dari ayat diatas juga nampak bahwa anak-anak, setelah tumbuh dewasa,
hidup terpisah atau membentuk keluarga sendiri, dan anak-anak perempuan tinggal
bersama setelah mereka menikah.[9]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di paparkan diatas, maka kami penyusun
menyimpulkan dalam bentuk beberapa poin. Diantaranya yaitu:
1.
Pada awalnya kondisi bangsa
Arab sebelum islam, terutama disekitar Mekah masih diwarnai dengan penyembahan
berhala sebagai tuhan. Masa itu disebut dengan zaman jahilizah yaitu masa
kegelapan dan kebodohan dalam hal agama.bukan dalam hal ekonomi dan sastra.
Mekah tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan, tetapi Mekah juga sebagai
jalur perdagangan dunia yang penting pada saat itu.
2.
Nabi Muhammad menyampaikan dakwah dengan dua cara yaitu secara
sembunyi-sembunyi dan secara langsung. Dalam menyampaikan dakwah islamiyah Nabi
Muhammad banyak mengalami hambatan dan rintangan, terutama dari kaum kafir
Quraisy yang selalu menghalangi dakwah beliau.
3.
Nabi Muhammad mulai membangun
tempat-tempat ibadah yang selain di dalamnya bertujuan untuk ibadah tetapi juga
untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawarah dalam merundingkan
masalah-masalah yang di hadapi.
B. Saran
Akhirnya penulis berharab, makalah ini dapat berguna
bagi pembaca untuk memperdalam ilmu dan mampu mendekatkan diri dalam rangka
menunjukkan kecintaan kepada allah dan penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat untuk kita
semua dalam menjalankan segala aktivitas sebagai seorang mahasiswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Amin,Samsul Munir.2016.Sejarah
Peradaban Islam.Jakarta:Amzah
Syalabi.Sejarah dan Kebudayaan Islam.Jakarta: Jayamurni
Mufrodi,Ali.1997.Islam di Kawasan Kebudayaan Arab.Jakarta:Logos
Einginner,Asgar Ali.2010.Asal Usul dan Perkembangan Islam.Jakarta:Insist
[1]
Samsul
Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam,
(Jakarta:Amzah, 2016), Hlm.63
[2] Ibid,hlm.64
[4] Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta:Logos, 1997),hlm.8
[5] Ibid,hlm.10
[6] Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta:Logos, 1997),hlm.20
[7] Ibid,hlm.21
[8]
Samsul
Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam,
(Jakarta:Amzah, 2016), Hlm.70
[9] Asgar Ali Einginner, Asal Usul dan Perkembangan Islam,
(Jakarta:Insist, 2010),hlm.45